'Mobil Murah Bikin Dilema, Tapi Solusi Efisiensi Transportasi'

Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengakui belum siap menerima kehadiran mobil murah (LCGC). Namun demikian, Gubernur Jawa Timur Soekarwo tetap mendukung kebijakan yang menjadi program nasional pemerintah pusat tersebut.

"Sebenarnya terus terang kita belum siap. Tetapi dalam kondisi sekarang ini sebelum ada angkutan barang, untuk transportasi massal, mobil murah adalah solusi terhadap efisiensi transportasi," kata Soekarwo kepada wartawan di kantor Gubernur Jatim Jalan Pahlawan, Surabaya, Jumat (20/9/2013).


Soekarwo mengatakan kehadiran mobil murah membuatnya dilematis dan dipastikan akan menambah berat rasio jalan dan kendaraan. Namun, karena belum adanya sistem transportasi massal yang efisien dan murah, maka kebutuhan mobil murah itu sama seperti kebutuhan masyarakat terhadap sepeda motor untuk transportasinya.


"Ya sama seperti sepeda motor. Karena belum ada sistem transportasi yang konek dan murah, maka bagaimanapun juga melarang orang beli sepeda motor juga tidak bisa," ujarnya.


Dia lalu mencontohkan, ketika warga dari Krian Sidoarjo bekerja di SIER Surabaya, hanya turun di Bundaran Dolog dan belum ada transportasi yang koneksinya ke SIER.


"Karena ke timurnya (SIER) belum ada sistem, akhirnya orang memilih naik sepeda motor, yang ongkosnya lebih murah," tuturnya.


Gubernur Jatim yang biasa disapa Pakde Karwo ini menegaskan, meski menjadi pilihan sulit di antara pilihan-pilihan yang tidak mungkin, maka pihaknya mendukung program mobil murah.


"Memang dilema, tapi menurut saya, lebih baik dijual saja. Karena kita belum menyiapkan sistem transportasi massal," terangnya.


Ia memberikan saran, kehadiran mobil murah diharapkan dapat menyerap produk lokal seperti aksesoris dan rangkanya. "Mobil yang kita impor kan lokal kontennya masih sedikit. (mobil murah) kan impor mesinnya saja, yang lainnya bisa dibuat di sini," katanya.