Bersiap Sambut Mobil Autopilot (II)

Jakarta - Bicara mengenai mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa dikemudikan manusia maka kita tidak hanya akan membicarakan merek-merek otomotif yang ada. Sebab, raksasa teknologi seperti Google juga sudah mempersiapkan diri mengambut era mobil autopilot yang diprediksi sudah di depan mata.

Mobil berteknologi autopilot memang banyak dianggap sebagai masa depan. Kurang dari dua dekade lagi mobil ini akan segera merambah jalanan di seluruh dunia.


Karena itu tidak heran bila para produsen mobil dunia mulai dari Volvo, Ford, Mercy, BMW, Nissan, Audi, Renault hingga Toyota tidak ada yang mau ketinggalan mengembangkan teknologi autopilot mereka.


Bukan hanya mereka, Google juga diketahui sudah beberapa tahun mengembangkan teknologi ini dengan serius. Malahan, Google bisa dianggap perusahaan yang sekarang paling serius mempersiapkan diri menyambut teknologi ini selain Volvo.


Google sejak beberapa tahun lalu telah mencoba mengaplikasi beberapa perangkat yang mereka sematkan ke beberapa mobil untuk mencoba teknologi autopilot. GPS untuk mengetahui posisi mobil kemudian dipadukan dengan pembacaan situasi melalui kamera.


Menurut Chris Urmson yang merupakan Director Self-Driving Car Project di Google, kendaraan yang dipasangkan teknologi tersebut sudah berjalan sejauh 700.000 mil atau sekitar 11 ribu km secara otomon alias tanpa dikendalikan manusia.


"Kendaraan kami sekarang sudah hampir 700.000 mil otonom, dan dengan setiap mil yang dilewati kami lebih optimis bahwa kita sedang menuju suatu tujuan untuk dicapai: kendaraan yang beroperasi sepenuhnya tanpa campur tangan manusia," katanya.


Kini, Google mengumumkan telah mengembangkan teknologi terbaru mereka menyambut era mobil autopilot tersebut. Fokus utama mereka adalah bagaimana mengemudi yang aman diperkotaan yang kadang diwarnai kejadian tak terduga.


Kejadian-kejadian seperti pejalan kaki yang menyeberang sembarangan, mobil yang keluar gang atau kendaraan yang tiba-tiba muncul dari balik truk adalah contohnya. Keadaan ini membuat pengendara cepat stress dan mudah marah.


"Itu sebabnya selama setahun terakhir kami telah mengalihkan fokus dari proyek mobil self-driving Google ke bagaimana menguasai jalan kota," tambahnya.


Google, menurut Urmson, sekarang sudah memperbaiki perangkat lunak mereka agar mobil mampu mendeteksi ratusan objek berbeda yang bergerak secara bersamaan. Seperti manusia, komputer di mobil nanti bisa mendeteksi pejalan kaki, bus, tanda berhenti atau pengendara sepeda yang mungkin akan berpindah jalur.


Teknologi ini dipandang penting menekan angka kecelakaan di jalan. Sebab, tidak bisa dipungkiri kalau sebagian besar kecelakaan disebabkan karena kesalahan manusia alias human error.


"Sebuah kendaraan self-driving dapat memperhatikan semua hal-hal ini dengan cara yang manusia tidak bisa dan secara fisik tidak pernah lelah atau terganggu," lugas Urmson.