Toyota Belum Berani Pasang Harga Mobil Murahnya

Jakarta - Toyota belum bisa memutuskan berapa kisaran harga mobil terjangkau dan ramah lingkungan (Low Cost and Green Car) Agya. Padahal pemerintah sudah meminta pabrikan memberikan harga maksimal Rp 95 juta off the road.

"Toyota belum bisa memutuskan selama kita belum mendapatkan sosialisasi dokumen petunjuk teknis soal LCGC," ujar PR Manager PT Toyota-Astra Motor Rouli H Sijabat, Kamis (4/7/2013).


Rouli menuturkan petunjuk teknis itu diperlukan produsen mobil agar jelas, apakah mobil murah itu harus betul-betul diproduksi di Indonesia, berapa kandungan komponen lokalnya dan aspek lain seperti apakah bisa komponen diimpor dari luar negeri.


"Itu yang penting justru, misalkan kandungan lokal, selama dokumen belum tersosialisasi ke APM (Agen Pemegang Merek), kita belum bisa memutuskan harga," ujarnya.


Meski belum memutuskan harganya, Toyota sebenarnya sudah siap meluncurkan mobil murah. Presdir PT Toyota-Astra Motor Johnny Darmawan menuturkan, jika Toyota harus merilis Agya di bulan Agustus, mereka sudah siap.


Sebelumnya, Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan petunjuk teknis (juknis) atau Surat Keputusan (SK) soal Peraturan Presiden mengenai Low Cost and Green Car (LCGC) atau mobil murah dan ramah lingkungan. Dari juknis itu ada ketentuan soal harga patokan mobil maksimal Rp 95 juta per unit.


Hidayat menuturkan dalam juknis Menperin disebutkan harga Off the Road mobil LCGC belum termasuk Biaya Balik Nama, Pajak Kendaraan Bermotor, dan Pajak Daerah lainnya), termasuk penyematan fasilitas keamanan dan transmisi otomatis.


"Itu belum termasuk toleransi untuk penambahan teknologi transmisi otomatis 15% + toleransi untuk penambahahan fitur safety 10% air bag, Antilock Brake System dan lain-lain," katanya.


Mantan Ketua Kadin ini menjelaskan soal toleransi dari harga yang telah dipatok, antara lain karena faktor ekonomi makro seperti inflasi dan kurs tukar mata uang juga menjadi pertimbangan ke depannya.


"Saat ini SK sedang didaftarkan di Kemenhukham," katanya.


Hidayat menegaskan program Low Cost and Green Car ini tidak semata-mata membuat mobil dengan harga murah, tetapi lebih ke arah membangun struktur industri komponen otomotif dan meningkatkan kemandirian nasional di teknologi otomotif, terutama teknologi engine, transmisi dan axle (power train). Juga kualitas dan safety produk tetap dipertahankan.