Catatan dari Titik 0 Km Indonesia

Jakarta - Pulau Weh yang dulu belum begitu tersentuh kini perlahan mulai menata diri, lokasinya berada di jalan pintu masuk Selat Malaka dan merupakan pulau paling barat dari kepulauan Indonesia yang diapit oleh terumbu karang nan menawan.

Banyak orang berkata bahwa pulau ini adalah taman yang terlupakan.


Cuaca cerah di Tugu Kilometer Nol Indonesia di sisi Barat Laut pulau ini tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u Sabang, yang diresmikan pada tanggal 9 September 1997, oleh Wakil Presiden kala itu dijabat oleh Tri Sutrisno mengiringi awal Start Tim Viar Jelajah Indonesia (VJI) 2014.


Menggunakan 5 motor trail buatan anak negeri, tim VJI melakukan touring keliling Indonesia dengan menempuh jarak 25.000 kilometer. Perjalanan akan memakan waktu selama 90 hari


Tim VJI 2014 terlihat tampak asyik tarik ulur gas motor Viar CrossX 200 cc di aspal Pulau Weh dengan tikungannya yang tajam, curam dan curam karena hujan deras.


Sebelum tiba di pelabuhan Balohan, tim VJI 2014 berkunjung ke kantor walikota Sabang untuk pelepasan tim Viar Jelajah Indonesia yang juga dihadiri oleh Wakil Kapolres sabang, Kompol Irawan.


Ada cerita yang cukup membanggakan di pulau Weh ini, dahulu ketika selat Malaka memainkan peranan penting, Pulau Weh menjadi suatu pulau yang sangat strategis bahkan lebih berperan penting dibandingkan Singapura.


Melihat posisi yang strategis tersebut maka pada tahun 1881 pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu sedang menguasai wilayah ini membangun pelabuhan pengisian air dan batubara atau biasa disebut Kolen Station.


Dari waktu ke waktu pelabuhan Sabang ini semakin besar dan dijadikan tempat mensuplai komoditi ekspor hasil bumi Nusantara ke Eropa.


Sehingga di tahun 1895 pelabuhan Sabang menjadi pelabuhan bebas yang dikenal dengan nama Sabang Maatsscappij.


Namun pada tahun 1942 ketika Sabang dikuasai Jepang, pelabuhan bebas tersebut ditutup. Jepang pun menjadikan Sabang sebagai basis pertahananya. Hal ini terlihat dengan banyaknya bekas bungker-bungker dan benteng di sekeliling pulau Weh terutama sisi sebelah timur pulau.


Ketika Perang Dunia II pecah, pelabuhan Sabang dibom oleh sekutu yang menyebabkan hancurnya pelabuhan penting ini. Sayang setelah Perang Dunia II, pelabuhan bebas Sabang berangsur-angsur berkurang peranannya.


Terlebih pelabuhan di Singapura yang terus membesar semakin menenggelamkan peranan pelabuhan bebas Sabang.


30 Km perjalanan luar biasa selesai sudah ditempuh akhirnya Tim Viar Jelajah Indonesia tiba di pelabuhan Balohan, untuk menyeberang menuju Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. 2 jam kemudian kapal ferry yang kami naiki bersandar ke pelabuhan Ulee Lheue.