Ini Sumbang Saran Otolovers Soal BBM Mobil LCGC

Jakarta - Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk membatasi penggunaan BBM subsidi oleh pemilik mobil-mobil Low Cost and Green Car? Berikut beberapa pendapat dari pembaca detikOto mengenai mobil-mobil LCGC yang menggunakan BBM subsidi.

Suprianto:


Yth. detikOto, pendapat dan saran untuk mobil murah yang bukan murahan. Sekian banyak orang yang baru pertama memiliki mobil murah tersebut dengan tujuan keamanan dalam berkendara dibanding dengan motor.


Tentunya premium adalah pilihan utama dibandingkan dengan Pertamax terkait cost toh nyatanya 2x lebih irit pengisiannya dan yang punya masih kelas bawahan, dibandingkan dengan para penguna mobil mahalan di atas kelasnya seperti 1.200 cc dan up hingga ke 2.000 cc dan up yg masih juga tidak malu mengisi premium bahkan mobil pelat merah pemerintah juga masih ikut antre premium.


Saran, idealnya ketika seseorang bisa beli mobil yang lebih mahal bearti harus bisa beli pertamax bukan premium.


Hal tersebut secara psikologis akan memberikan contoh terhadap masyarakat bawah

Saran-saran, hilangkan premium dan ganti premix dgn RON 91 minimal dan tanpa subsidi ini artinya siapa yang punya uang lebih dan bisa beli kendaraan bermotor maka harus sanggup beli Pertamax.


Salam, saya yang salah satu taat utk pakai pertamax dimobil keluarga.


Anto Hananto:


Memang tidak mudah mengatasi hal ini. Saya setuju dengan Pak Jokowi yang tidak setuju adanya mobil murah, karena berpotensi menimbulkan kemacetan dimana mana.


Ditambah kredit motor yang saat ini mudah semakin menambah kemacetan. Bisa dilihat saat ini untuk satu rumah rata-rata memiliki lebih dari 2 kendaraan. Saran saya batasi kepemilikan kendaraan, tentu juga harus ada pengawasan yang ketat.


Jangan sampai malah dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kemudian perbanyak transportasi umum dengan fasilitas yang oke sehingga para pemilik kendaraan pribadi bisa beralih ke transportasi umum.


Tentu saja harus dibarengi dengan petugas keamanan yang selalu patroli karena jika tidak percuma saja transportasi umum oke tapi kriminal meningkat.


Contoh adalah negara Singapura. Bis-bisnya nyaman ber AC dan ada MRT sehingga banyak pemilik kendaraan pribadi memilih menggunakan transportasi umum tersebut. Jika itu semua terjadi maka penggunaan BBM bersubsidi bisa ditekan. Tentu saja itu harus dibarengi dengan kesadaran yang sangat tinggi dari para pemimpin dan pemerintah.


Candra Mulyawan:


Melihat perkembangan sekarang ini saya mempunyai beberapa ide:


1. Mengenai mobil-mobil murah yang sedang menyerang pasar kendaraan di Indonesia, saya kira alangkah lebih baik bila pabrikan mobil membuat mobil yang jauh lebih hemat.


Seperti motor yang bisa menempuh 30-60km untuk pemakaian BBM per liternya. Karena kalau kita lihat perkembangan dari alternatif lain seperti mobil listrik sangat lambat perkembangannya. Namun harus dimaklumi juga karena pabrik-pabrik mobil masih membutuhkan waktu untuk membuat teknologinya dan mereka harus keluar modal yang besar untuk infrastuktur produksinya. Alhasil andai pun keluar mobil listrik harganya pasti tidak akan sanggup dibeli oleh masyarakat, belum lagi mengenai layanan purna jualnya dll. Jadi daripada menunggu tanpa kepastian, sebaiknya dialihkan saja kepada pembuatan kendaraan sangat irit BBM seperti motor.


2. Untuk penanggulangan macet karena mobil-mobil murah, sudah waktunya kita membatasi umur kendaraan di jalanan. Anggap kendaraan hanya berumur 10 tahun. Kendaraan yang seumur 10 tahun harus ditarik dan ditampung oleh pemerintah (pemda pun cukup) untuk di-recycle menjadi besi, kaleng atau spare part second. Semuanya itu bisa diekspor ke negara luar atau untuk membantu memenuhi kebutuhan spare part dalam negeri. Namun untuk pemilik yang tidak mau ditarik mobilnya boleh saja tetap menggunakan mobil tersebut tapi dengan pajak yang misalnya 10x lebih mahal dari normalnya. Jadi sudah dianggap barang antik. Bisa juga pengelolaannya dilakukan bersama oleh pihak swasta. Namun ketika ditarik pemerintah/swasta juga memberikan ganti rugi misalnya Rp 10 juta agar dapat membantu pemilik untuk dapat membeli kendaraan yang lebih baru. Ide ini akan memberikan lowongan pekerjaan baru, pertambahan mobil di jalanan yang terjaga (karena ada yg ditarik dan tetap ada yg masuk), ada pemasukan tambahan buat pemerintah, dan tidak mematikan industri mobil di indonesia.


Kiranya pemikiran saya dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang bisa membuat Indonesia lebih baik.


Karnadi M Fakhri:


Menurut saya ada dua pilihan untuk mengurangi subsidi BBM khususnya untuk mobil pribadi: 1. Semua mobil pribadi dilarang pakai BBM subsidi alasannya yang punya mobil adalah orang-orang yg mampu. Atau 2. Mobil lebih dari 1.000 cc harus pakai BBM non subsidi. Alasannya sedikit bisa menghemat BBM bersubsidi. Jadi bukan mobil LCGC yang harus pakai BBM non subsidi. Tapi mobil yang jelas-jelas boros dalam mengonsumsi BBM. Sekian. Terima kasih


Satrio:


Adakan survei di setiap provinsi yang membuat rakyat tidak setuju subsidi dicabut dan pemerintah harus menerangkan di seluruh media dan ini harus ada peran serta media massa, bukan malah media memanas manasi rakyat. Mengenai subsidi tersebut apa dan siapa yang menikmati dan apa solusi pemerintah bagi rakyat kecil setelah subsidi tersebut dicabut . selama pemerintah bisa menjaga harga-harga bahan pokok stabil setelah subsidi dicabut saya rasa rakyat tidak akan keberatan pasti timbul gejolak tapi bila sudah disosialisasi sejak dini, saya rasa sebagian rakyat akan mengerti.


Ian Daru Oktaviardhy:


Negara tercinta ini memang sedikit agak nyeleneh. Beberapa warganya yang mampu pun kadang-kadang bertindak seolah-olah tidak mampu. Sampai ada yang minta surat miskin, tetapi memiliki kendaraan bermotor. Menurut saya seharusnya hukum kita saja yang ditegaskan. Hukum jangan sampai bisa dibeli, pasti nanti orang-orangnya akan tertib. Kenakan denda.


Contoh saja, jika orang Indonesia pergi ke Singapura. Apakah mereka berani buang sampah sembarangan, merokok sembarangan?


Oky Radianto:


Saya tertarik untuk sumbang pikiran mengenai topik ini, Saya tidak punya mobil LCGC maupun mobil menengah ke atas, saya hanya sehari-hari menggunakan sepeda motor.


Menurut saya, pertama tidak adanya ketegasan dalam sistem pemerintahan khusus di bidang ini, dan tidak adanya kebijakan yang jelas yang dikeluarkan kepada warga Indonesia, sehingga pengguna mobil murah atau mahal tetap saja menggunakan BBM bersubsidi,


Kejelasan pemerintah hanya jelas "Melarang mobil dinas pemerintahan yang menggunakan BBM SUbsidi" bahkan di buatkan stiker, itu baru benar dan jelas, Tapi untuk mobil Non pemerintahan ini yang masih belum jelas.


Betul, apa kata pengguna mobil LCGC buat apa dibuat mobil ber-CC rendah dan irit kalau tidak menggunakan BBM Subsidi, sedangkan mobil yang kelas menengah saja masih banyak yang meggunakan BBM Bersubsidi, gimana enggak bocor uang negara yang harus mensubsidi terus orang-orang yang mampu.


Jalan satu-satunya, menurut saya, pemerintah harus membuat peraturan untuk mobil jenis / keluaran Tahun 2012 ke atas misalnya harus menggunakan BBM non subsidi, dan itu bisa di monitor dengan kerjasama dan ketegasan dari petugas pom Bensin tersebut, dan motor juga sebaliknya, Motor keluaran tahun 2012 harus menggunakan BBM non subsidi.


Kalau masih ada kecolongan di pom bensin tersebut, dikenakan sanksi saja, tutup SPBU atau cabut izin operasinya.


K Mentari:


Jangan menambah mobil dengan BBM, tapi percepat mobil Listrik di Indonesia, kalau tidak kita mulai dari sekarang 15 tahun yang akan datang mobil kita dikuasai Jepang dan Eropa, kita sudah punya ahlinya. Sukses untuk Indonesia.


Farid


Rencananya saya mau ganti mobil Espass saya dengan LCGC Datsu, tetapi kalau wajib pakai Pertamax ya saya mending gak jadi saja.


Mobil LCGC kan mobil irit, mobil kalangan menengah ke bawah jadi enggak harus Pertamax menurut saya.


Kalau pemerintah mau mengubah lubang pengisian BBM, ya yang wajib diubah yang kelas 1.500 cc ke atas saja (mobil boros BBM), kan rata-rata penggunanya kelas menengah ke atas.